Ratih, Adikku Yang Pendiam Punya Nafsu Yang Besar | CERITA SEX

Ini adalah kisah pengalamanku yang sengaja aku beberkan untuk pertama kalinya. Sebut saja namaku Arman, aku sendiri tinggal di Bandung. Kejadian yang aku alami ini kalau tidak salah ingat, terjadi saat aku akan lulus SMA pada tahun 2015.


Sungguh sebelumnya aku tak menyangka aku akan meniduri adikku sendiri yang bernama Ratih. Dia termasuk anak yang rajin, karena dia yang memasak dan pakaian sehari-hari. Ibuku adalah seorang pedagang kelontong di pasar, sementara ayahku sudah lama meninggal. Entah mengapa Ibu tidak perlu lagi untuk menikah lagi.
Yang ibu lakukan setiap hari adalah jamak 4 subuh dia sudah pergi ke pasar dan pulang menjelang magrib, aku pun-berapa saja pergi ke pasar untuk membantu ibu, itu pun kalau sedang tidak ada uang. Sementara adikku karena seringnya tinggal di rumah maka dia kurang pergaulan sampai kuperhatikan dia tidak pernah pacaran. Oh ya, selisih umurku dengan adikku hanya terpaut dua setengah tahun dan saat itu dia masih duduk di kelas 1 SMA.
Baiklah, aku akan mulai menceritakan pengalaman seks dengan adikku ini. Kejadiannya saat itu aku baru pulang dari rumah temanku Anto pada siang hari, ketika sampai di rumah aku temukan adikku sedang asyik menonton serial telenovela di salah satu TV swasta. aku pun langsung membuat kopi, merokok sambil berbaring di sofa.
Saat itu serial itu sedang tampil salah satu adegan ciuman yang hanya sesaat karena langsung terpotong oleh iklan. Setelah melihat adegan itu aku menoleh ke adikku yang ternyata tersipu malu karena ketahuan sudah melihat adegan tadi.
"Pantesan betah nonton film gituan" ujarku. 
"Ih, apaan sih" cetusnya sambil tersipu malu.
Beberapa menit kemudian serial ini selesai jam tayangnya, dan adikku langsung pergi ke WC. Kudengar dari aktifitasnya, rupanya dia sedang. Karena acara di televisi tidak ada yang seru, maka aku pun mematikan TV itu dan setelah itu aku ke WC untuk buang air kecil. Mataku langsung tertuju pada belahan pantat adikku yang sedang berjongkok karena.
"Ratih, minggir dulu sebentar pingin pipis nih" sahutku tak kuat menahan.
Setelah aku selesai buang air kecil, pikiranku selalu terbayang pada bongkahan pantat adikku ratih. Aku sendiri tadinya tak mau macam-macam karena kupikir dia adikku sendiri, apalagi adikku ini orangnya lugu dan pendiam. Terjadilah hal yang serius, aku aku rasa bagaimana agar bisa mencumbu adikku ini.
Aku terjerumus melihat melihatku yang sedang bercinta, dan entah kenapa aku tak mengerti, aku langsung saja menghampiri adikku dan memeluknya dari belakang sambil mencium tengkuknya. Mendapat serangan yang mendadak itu adikku hanya bisa menjerit kejutan dan usaha lepas dari dekapanku.
Aku sendiri lalu tersadar. Astaga, apa yang sudah aku lakukan terhadap adikku. Aku malu dibuatnya, dan kulihat adikku sedang menangis sesenggukan dan lalu dia lari ke alatnya. Melihat hal itu aku langsung menuju ke arahnya. Sebelum dia tutup pintu aku sudah berhasil ikut masuk dan mencoba untuk menjelaskan perihal kejadian tadi.
"Maafkan .. Aa Ratih, Aa tadi salah" 
"Terus terang, Aa nggak tahu kenapa bisa sampai sangat" 
Adikku hanya bisa menangis sambil telungkup di tempat tidurnya. Aku mendekat dia dan duduk di ranjang. 
"Ratih, maafin Aa yah. Jangan dilaporin sama Ibu "kataku agak takut. 
"Aa jahat" jawab adikku sambil menangis.
"Ratih maafin Aa. Aa panas jadi tadi karena Aa gak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya Aa nafsu, lagian kan Aa sudah minggu ini putus ama teh Dewi "kataku. 
"Apa hal putus putus teh Dewi dengan meluk ratih" jawab adikku lagi. 
"Yah, Aa gak kuat aja pingin bercumbu" 
"sama sama ratih" jawabnya.
Setelah itu aku tidak bisa berbicara lagi dengan keadaan di kamar adikku begitu sunyi karena kami hanya terdiam. Dan rupanya di luar mulai terdengar gemericik air hujan. Di tengah kesunyian itu lalu aku mencoba untuk memecah keheningan itu.
"Ratih, biarin atuh Aa meluk kamu, kan nggak akan ada yang lihat ini" Adikku tidak bisa menjawab hanya bisa diam, mengetahui hal itu aku mencoba membalikkan tubuh dan kuajak bicara. 
"Ratih, lagian kan Ratih pingin ciuman kayak di film tadi kan?" Bujukku. 
"Tapi Aa, kita kan adik kakak?" Jawabnya. 
"Nggak apa-apa atuh Ratih, sekalian ini mah belajar, jadi entar kalo pacaran nggak canggung"
Entah mengapa setelah aku ngomong begitu dia jadi terdiam. Wah bisa nih, gumanku dalam hati sampai aku pun tak simpan kesempatan ini. Aku mencoba untuk ikut bergema bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. Aku harus melakukan dengan perlahan. Belum sempat aku berpikir, Ratih lalu bilang ..
"Aa, Ratih takut" 
"Takut, Katakanlah?" Tanyaku. 
"Ih, meuni geuleh, panggil katakan semuanya" katanya. 
"Hehehe, takut ama siapa? Ama Aa? Aa mah nggak bakalan gigit kok ", rayuku. 
"Bukan takut ama Aa, tapi takut ketahuan Ibu" jawabnya.
Setelah mendengar perkataannya, aku melewatkan memberi alasan bunuh bibirku langsung mendarat di bibir ranum adikku yang satu ini. Mendapat perlakuanku seperti itu, tampak kulihat adikku seru sekali, karena baru pertama yang bibirnya seksi tanpa lipstik ini dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuh ke belakang. Aku mencoba untuk menarik dan mendekapkan lebih erat ke dalam pelukanku.
"Mmhh, mmhh .., Aa udah dong" pintanya. Aku berhenti pagutanku, dan kini kupandangi wajah adikku dan rasanya aku sangat puas sedikit aku hanya berhasil menikmati bibir adikku yang sangat merah dan tipis ini.
"Ratih, makasih yah, kamu sangat pengertian ama Aa" kataku. 
"Kalau saja Ratih bukan adik Aa, udah akan Aa .." belum sempat aku habis bicara .. 
"Udah akan Aa apain" bisiknya sambil tersenyum. Aku semakin geregetan saja buatnya lihat wajah cantik dan polo adikku ini.
"Udah akan Aa jadiin pacar atuh. Eh Ratih, Ratih mau kan pacar Aa ", tanyaku lagi. 
Mendengar hal begadang adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara .. 
"Tapi pacarannya nggak beneran kan" Katanya sedikit ragu. 
"Ya nggak atuh uh, kita pacarannya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu" jawabku meyakinkannya.
Setelah itu kulihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan jam 4 sakit. 
"Udah selai 4 tuh, nyonya lagi pulang. Aa mandi dulu yah ", kataku kemudian.
Maka aku pun bangkit dan segera pergi ke kamar adikku. Setelah kejadian tadi siang aku sudah tidak habis pikir, apakah benar yang aku alami tadi. Di tengah lamunanku, aku dikejutkan oleh suara Ibuku.
"Hayoo ngelamun aja, Ratih mana udah di makan belum?" Kata Ibuku. 
"Ada tuh, emang bawa apaan tuh bu?" Aku melihat Ibuku membawa bungkusan.
Setelah aku lihat ternyata Ibu membeli bakso, maka Ibuku memangil Ratih dan kami bersama-sama menyantap Baso itu. Rasa setelah kejadian tadi siang kita bisa bersikap wajar, tidak ada apa-apa so Ibuku tidak curiga sedikit pun.
Malamnya aku sempat termenung di muka dan mulai merencanakan sesuatu, nanti subuh setelah Ibu pergi ke pasar aku ingin sekali mengulangi percumbuan dengan adikku sekalian ingin tidur sambil mendekap tubuh adikku yang montok. Keesokannya rupanya setan telah menguasaiku jadi aku terbangun saat Ibu berpamitan kepada adikku sambil menyuruhnya mengunci pintu depan. Setelah itu aku menemukan adikku yang akan masuk kembali.
"Ehmm, ehmm, bebas nih", ujarku.
Adikku orangnya tidak banyak bicara. Mengetahui keberadaanku dia tahu apa yang ingin aku lakukan, dia tidak bicara sepatah kata pun. Karena aku sudah tidak kuat lagi menahan nafsu, maka aku langsung melabrak adikku, memeluk tubuh adikku yang sedang membelakangiku. Kali ini dia diam saja sewaktu aku memeluk dan menciumi tengkuknya.
Dinginnya udara subuh itu tak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah mengalahkan hawa dingin ini. Kontolku yang mulai ngaceng aku gesek-gesekkan tepat di bongkahan pantatnya.
"Katakan, Aa pingin bobo di sini boleh kan?" Pintaku. 
"Idih, Aa genit ah, jangan Aa, entar .." 
"Entar kenapa?" Timpalku.
Belum sempat dia bicara lagi, aku langsung membalikkan tubuh dan langsung aku pagut bibir yang sudah sejak tadi buatanku pikiranku melayang. Aku kemudian langsung mendorongnya ke arah dinding dan menghimpit hangat agar agar melekat erat dengan tubuhku. Aku mencoba untuk menyingkap dasternya dan kucoba untuk meraba paha dan pantatnya.
Beda dia menyambut ciumanku, tapi penuh berusaha untuk menghapus apa yang sedang kulakukan. Tapi aku tersadar itu ciumannya kali ini lain yang lagi siang, ciuman ini terasa lebih panas dan mengairahkan karena kurasakan adikku saat ini menikmatinya dan mencoba menggerakkan lidahnya untuk menari dengan lidahku.
Aku tertegun karena ternyata diam-diam adikku juga memiliki nafsu yang sangat besar, atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis.
Kini tanpa ragu lagi aku mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku untuk kembali meraba pahanya sampai tubuhku terasa berdebar-debar dan denyut nadiku terasa sangat cepat, karena ini adalah untuk pertama kalinya aku meraba paha perempuan. Sebelumnya dengan pacarku aku belum pernah melakukan ini, karena Dewi pacarku lebih sering memakai celana jeans. Dengan Dewi kami hanya sebatas berciuman.
Kini yang ada dalam pikiranku satu, yaitu aku ingin sekali meraba, menikmati yang namanya heunceut (dalam bahasa sunda) wanita sampai aku mulai mengarahkan jemariku untuk menyelinap di antara sisi-sisi celana dalamnya.
Belum sempat sempat menyelipkan jariku di antara heunceutnya, Ratih bangun pagutannya dan mulutnya seperti ikan mas koki yang megap-megap dan memeluk erat tubuhku kemudian menyilangkan kedua pas di pantatku sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. Ternyata Ratih sudah mengalami orgasme.
"Aa .. aah, eghh, eghh" rintih Ratih yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya.
Sesaat setelah itu Ratih menjatuhkan jabatan di atas bahuku. Aku belai rambutnya karena aku pun sangat menyayanginya, lalu aku bopong tubuh yang telah lunglai ini ke atas tempat tidur dan kukecup keningnya.
"Gimana sayang, enak?" Bisikku. Aku hanya bisa melihat wajah memerah adikku ini yang malu dan tersipu, selintas kulihat wajah adikku ini seperti nafa Urbach. 
"Gimana rasanya, Sayang?" Tanyaku lagi. 
"Aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?" Eh, malah ganti tanya adikku tersayang ini. 
"Iya Sayang, gimana, enak?" Jawabku sambil bertanya lagi. 
"He-eh, enakk banget" jawabnya sambil tersipu.
Entah mengapa demi melihat kebahagian di wajah, aku saat ini hanya ingin melihati dan tidak terpikir lagi untuk mendapatkan aksiku untuk mengarungi lembah belukar yang ada di kemaluannya untuk sesaat kemudian karena kulihat yang mulai sayu dan mengantuk akibat orgasme tadi maka aku mengajaknya untuk tidur. Kami pun terus tertidur dengan posisi saling berpelukan dan kakiku ku silangkan di antara kedua pahanya.
Hangat tubuh adikku kurasakan begitu nikmat. Yang ada dalam pikiranku adalah dengan nikmatnya jika aku menikah nanti, pantas saja di jaman sekarang banyak yang kawin entah itu sudah resmi atau belum. Tanpa terasa aku pun sadar dan terbangun dari tidurku, dan kulihat jam di kamar adikku telah menunjukkan jam 9 lewat dan adikku belum juga bangun dari tidurnya. Wah gawat, berarti dia hari ini tidak sekolah, pikirku.
"Ratih, bangun kamu nggak sekolah?" Tanyaku bangunkannya.
Ratih pun mulai terbangun dan. Dia terkejut karena waktunya sudah cepat cepat, karena dia sadar hari ini dia tidak bisa lagi pergi ke sekolah.
"Aahh, Aa jahat tidak ngebangunin ratih" rajuknya manja. 
"Gimana mau ngebangunin, Aa juga baru bangun" kataku rahasia diri. 
"Gimana dong kalo Ibu tahu, Ratih bisa dimarahin nih, ini semua gara-gara Aa" 
"Loo kok Aa yang disalahin sih, lagian Ibu nggak bakalan tahu kalau Aa nggak ngomongin kan" jawabku untuk menghiburnya. 
"Bener yah, Ratih jangan dibilangin kalau hari ini bolos" 
"Iyaa, iyaa" jawabku.
Entah mengapa tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk mandi bareng. Wah ini kesempatan emas, alasan tidak suka Ibu dia tidak masuk sekolah bisa kujadikan senjata agar aku bisa mandi bersama adikku.
"Eh, ada tapinya loh, Aa nggak bakalan bilang ama ibu asal Ratih mau mandi bareng ama aa" kataku sambil mengedipkan mata. 
"Nggak mau. Aa jahat, lagian udah gede kan malu masak mau mandi aja musti barengan " 
" ya udah kalo gak mau sih terserah "ancamku. 
Cerita singkat karena aku paksa dan dia tidak ingin ketahuan oleh Ibu maka adikku menyetujuinya.
"Tapi Aa jangan macem-macem yah" pintanya. 
"Emangnya kalo macem-macem gimana?" Tanyaku. 
"Pokoknya nggak mau, mendingan biarin ketahuan Ibu, lagian juga itu kan gara-gara aa, ratih bilangin aa udah ciumin ratih" balasnya balik.
Kalau kupikir-pikir ternyata benar juga, bisa berabe terkaitnya, seorang kakak saling menjaga adik dari ulah nakal laki-laki lain, eh malah kakaknya sendiri yang nakal. Maka untuk melancarkan keinginanku untuk bisa mandi, aku pun menyetujuinya.
Kami berdua akhirnya bangun dari tidur dan setelah berbenah, kami berdua pun pergi ke kamar mandi. Sesampai di kamar mandi kami hanya saling diam dan kulihat adikku agak ragu untuk melepas pakaiannya.
"Aa balik dulu ke belakang, Ratih malu nih" pintanya. 
"Apa nggak keluar Aa yang bukain punya Ratih, dan Ratih bukain punya Aa"
Tanpa pikir panjang aku menghampiri adikku dan aku cium bibirnya. Agar dia tidak malu dan canggung untuk membuka pakaiannya, aku genggam bersih dan aku tuntun untuk membuka bajuku. Tanpa dikomando dia buka bajuku setelah itu kutuntun lagi untuk membuka celana basket yang aku kenakan.
Setelah keadaanku bugil dan hanya memakai celana dalam saja kulihat adikku tegang, sesekali dia melirik ke arah selangkanganku dimana kontolku sudah dalam keadaan siaga satu. Kini giliranku menanggalkan daster yang ia kenakan.
Begitu aku buka, aku terbeliak dibuatnya karena ternyata tubuh adikku begitu bohai (tubuh aduhai). Dia lalu berusaha menutupi selangkangannya. Lalu dengan sengaja kucolek payudaranya sampai adikku melotot dan menutupinya. Kemudian aku pun balik mencolek memeknya, hehehe ..
"Idihh, Aa nggak jadi ah mandinya, malu", rajuknya.
Adikku lalu mengambil dan melilitkannya kemudian mandi mandi, karena aku tidak mau kesempatan emas ini kabur maka aku pegang penuh dan terus aku peluk sambil kukekup bibirnya, karena ternyata adikku sangat merasa nyaman bila bibirnya aku cium.
Aku lalu menariknya ke dalam dan ke arah bak air lalu gayung kuambil dan langsung kusiramkan ke tubuh kami berdua. Merasakan sudah basah oleh siraman air, adikku berusaha untuk melepaskan ciuman dan desakan yang aku lakukan, tapi usahakan sia-sia karena aku semakin bernafsu menyirami tubuh kita sambil kontolku aku tekan tekan ke arah selangkangannya.
Setelah tubuh kita benar-benar basah, aku bagai kemasukan setan. Selain menyedot bibirnya dengan ganas aku pun langsung mencoba untuk melepaskan celananya. Setelah celana dalamnya terlepas dari sarangnya sampai ke lutut, aku pun menariknya ke bawah dengan kakiku sampai benar-benar terlepas. Sadar aku mau nekat, Ratih terus berusaha untuk melepaskan fisik. Sebelum melakukan membuahkan hasil aku lepas pagutannya.
"Aa, tolong hentikan" rengeknya sambil menangis. 
"Ratih, tolong aa dong. Ratih tadi subuh kan udah ngalami orgasme, Aa belum .. "pintaku.
Dan tanpa menunggu waktu lagi di saat tenaganya dia, aku kangkangkan pahanya sambil kukecup bibirnya kembali agar dia tidak bisa menolaknya. Di saat itu aku meraih burungku dari CD-ku dan mencoba mencari sarang yang sudah lama ini ingin kurasakan.
Dalam sekejap kontolku sudah berada tepat di celah pintu heunceut adikku, dan siap untuk segera menjebol keperawanannya. Merasa sudah tepat sasaran maka aku pun menghentakkan pinggulku. Dan aku seperti benar-benar merasakan sesuatu yang baru dan nikmat melanda seluruh organ tubuhku dan kudengar adikku meringis kesakitan tapi tidak berusaha untuk menjerit.
Melihat hal itu aku mencoba untuk mengendalikan diriku dan mencoba menenangkan perasaan yang membuatku tak karuan, karena aku merasa diriku dalam keadaan kacau dan nikmat untuk sulit dengan kata kata-kata.
Aku mencoba hanya membenamkan penisku untuk beberapa saat, karena aku tak kuasa melihat penderitaan yang adikku rasakan. Kini lihat aku alihkan pada kedua payudara adikku yang masih diselimuti BH-nya. Aku mencoba untuk melepaskannya tapi mendapat kesulitan karena belum pernah aku aku benci membungkuk aku hanya bisa menarik BH yang suka payudara adikku dengan menariknya ke atas dan tiba-tiba dua bongkah surabi daging yang kenyal menyembul setelah BH itu aku tarik.
Melihat keindahan payudara adikku yang mengkal dan putingnya yang bersemu coklat kemerahan, aku pun tak kuasa untuk segera menjilat dan menyedotnya senikmat mungkin.
"Aa, ahh, sakit" rintih adikku.
Seiring dengan kumainkannya kedua buah payudara adikku silih berganti maka kini aku mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju mundur, walau aku juga merasakan perih karena begitu sempitnya lubang heunceut adikku ini. Badan kita sekarang bergumul satu sama lain dan kini adikku pun mulai menikmati apa yang aku lakukan. Itu bisa aku lihat karena sekarang adikku tidak lagi meringis dia hanya mengeluarkan suara mendesah.
"Eenngghh, acchh, enngg, aacchh" 
"Gimana, enakk?" Aku mencoba yakin perasaan adikku.
Dia tidak bisa menjawab bahkan saat ini sembuh kepalaku dan memapahnya kembali mencium mulutnya. Karena aku tidak ingin egois maka aku puni menuruti kehendaknya. Aku kulum bibirnya dan lidah kami pun ikut berpelukan menikmati sensasi yang tiada tara ini.
Tanganku kugunakan untuk merama payudaranya. Gila, kenikmatan ini sungguh luar biasa, kini aku pun mencoba untuk menirukan gaya-gaya di film BF yang pernah kulihat. Adikku kuminta menungging dan susun bak mandi.
Aku sedang berusaha untuk segera memasukannya kembali ke dalam memeknya, belum pernah niat ini terlaksana aku segera mengurungkan niatku, karena kini aku bisa melihat dengan jelasnya heunceut adikku merekah merah dan sangat indah. Karena gemas aku pun lalu berjongkok dan mencoba bentuk bentuk heunceut adikku ini sampai aku melongo dibuatnya.
Mengetahui aku sampai melongo karena melihat keindahan heunceutnya, adikku berlagak sedikit genit, dia goyangkan pantatnya bak penyanyi dangdut sambil terkikik cengengesan. Merasa dikerjai oleh adikku dan juga karena malu, untuk mebalasnya aku langsung saja membenamkan wajahku dan kuciumi heunceut adikku ini, kembali dia hanya bisa mendesah ..
"Aahh, Aa mau ngapain .., ochh, enngghh" desahnya sambil mengambil nafas panjang.
Mmhh, ssrruupp, cupp, ceepp, suara mulutku menyedot dan menjilati heunceut adikku ini, dan aku perhatikan ada bagian dari heunceut adikku ini yang aneh, mirip kacang ini yang namanya itil, maka aku pun mencoba untuk memainkan lidahku di sekitar benda itu.
"Acchh, Aa, nnggeehh, iihh, uuhh, gelii", erangnya saat aku memainkan itilnya tersebut.
Karena mendengar erangannya yang menggoda aku pun tak kuasa menahannya dan segera bangkit untuk memeluk adikku dan memasukannya kembali dengan cepat kontolku agar bersemayam pada heunceut adikku ini. Baru beberapa kocokan kontolku di memeknya, adikku suka blingsatan menikmati ini untuk dia pun meracau tak karuan lalu ..
"Aa, Ratihh, eenngghh, aahh .."
Rupanya adikku baru saja mengalami orgasme yang hebat karena aku rasakan di dalam memeknya seperti banjir bandang karena ada semburan lava hangat yang datang secara tiba-tiba. Kini aku merasakan kenikmatan yang lain karena cairan itu bagai pelumas yang semakin kocokanku dalam heunceutnya.
Setelah itu adikku kini lunglai tak bertenaga, yang ia rasakan hanya menikmati sisa dari orgasmenya dan seperti pasrah beli aku entot terus dari belakang. Mengetahui hal itu aku pun kini mengerayangi setiap lekuk tubuh adikku sambil terus mengentotnya, mulai dari mencium rambutnya, menggarap payudaranya sampai-sampai aku seperti perasaan ada yang lain dari tubuhku, ada perasaan seperti kontolku ini ingin pipis tapi tubuh ini terasa sangat-sangat nikmat.
"Aa, udah .. Aa, Ratih udah lemess .." kata adikku. 
"Tunggu Sayangg, Aa maauu nyampai nih, oohh"
Kurasakan seluruh tubuhku bagai tersengat listrik dan sesuatu yang cukup kental aku rasakan menyembur dengan cepat mengisi rahim adikku ini. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang luar biasa ini aku memegang pantat adikku dan aku hentakkan pinggulku dengan keras membantu kontolku untuk mencapai rongga rahim adikku lebih dalam. Kami berdua kini hanya bisa bernafas seperti orang yang baru saja lari-lari bis kota. 
Setelah persetubuhan yang terlarang ini kami pun akhirnya mandi, dan setelah itu karena tubuhku lemas maka aku tiduran di sofa sambil menikmati acara televisi dan adikku kulihat kembali melakukan aktifitasnya memberseskan rumah ganti jauh lebih lemas.

Comments


EmoticonEmoticon